Pages

Friday, August 29, 2014

Jalan (lebih) santai

Jalan santai.. Jalan lebih santai lagi. 

Bukan, disini saya bukan mau bercerita tentang program kerja jalan santai yang saya dan tim KKN saya canangkan di program KKN yang saya ikuti. Saya sebenarnya mau cerita tentang pace saya dalam dunia perkuliahan yang saya geluti. Kenapa judulnya jalan santai? Kalau semisal temanya tentang perkuliahan, kenapa saya justru nggak pakai kalimat lain yang lebih berbau akademik atau berbau kampus? Memang sengaja saya pilih judul seperti itu karena buat saya, istilah 'jalan santai' sudah menggambarkan seperti apa sih saya dan pergerakan saya di dunia perkuliahan. 

Sejauh ini saya bukan tipe orang yang 'maksa' dalam dunia perkuliahan. Saya sebisa mungkin mencoba untuk dapat kehadiran 100% di kelas, tapi saat saya lagi jenuh saya bisa saja skip kelas. Saat saya merasa sakit dan kondisi tubuh tidak memungkinkan untuk pergi ke kampus, saya akan skip kelas dan istirahat di rumah. Saya nggak pernah ambil matakuliah di semester atas meskipun sebetulnya saya bisa, dan orang lain sah-sah saja untuk ambil matakuliah di semester atas. Buat saya secara pribadi, saya mau menikmati apa yang ada dulu di semester yang saya jalani. Kalau saya ternyata dapat 18 SKS di semester itu, ya saya ambil 18 saja. Walaupun saya bisa ambil lebih, tapi saya merasa ah sudah saja 18 SKS dulu dinikmati. Saya menilai diri saya bukan orang yang sering slack off di kelas, tapi ada kalanya saya nggak memberikan konsentrasi 100% di kelas, apakah karena lelah atau karena sakit. Kalau bicara tentang attitude terhadap perkuliahan, saya rasa saya bisa bilang kalau saya dalam level average; di matakuliah yang saya sukai saya bisa sangat excited dan bersemangat, sementara di beberapa matakuliah lainnya saya ya biasa-biasa saja, nggak terlalu bersemangat tapi tidak juga malas-malasan. 

That's why I said 'jalan santai'. 

Untuk saya, dunia perkuliahan nggak perlu diburu-buru. Dari jatah 7 tahun yang diberikan oleh universitas, saya nggak mau memaksakan diri harus cepat mikirin tentang skripsi, atau harus sudah bikin proposal skripsi di semester 7, atau harus lulus empat tahun. Buat saya, lulus dalam waktu 4,5 atau 5 tahun masih sah-sah saja, selama kita nggak kebablasan. Lima setengah tahun pun sebetulnya masih fine kalau untuk saya, selama memang benar waktunya 5,5 tahun dan nggak bablas jadi enam tahun. Saya nggak suka untuk taruh ekspektasi yang terlalu tinggi dalam dunia perkuliahan saya. Dari mulai nilai sampai waktu kelulusan, saya secara pribadi merasa bahwa selama nggak dapat D atau E, dan selama lulus tepat waktu, everything's fine

Sometimes we put high expectations on things and we're hurt really bad when we can't meet the expectations. 

Saya akan gambarkan nilai saya di semester 3 & 4, dan yang terbaru di semester 6. Dan dengan menunjukkan nilai-nilai ini saya nggak bermaksud untuk menyombongkan diri ya. 

nilai semester 3 & 4

nilai semester 6

IP saya anjlok di semester 6 (kemarin), dan saya tidak mencapai ekspektasi yang saya taruh. Ditambah lagi semester 6 (dan 5) merupakan semester yang menguras banyak tenaga dan bikin saya exhausted lahir batin. Di semester 3 & 4, memang nilai saya bagus dan itu merupakan yang tertinggi dari semua nilai yang ada. Setelah kasus semester 6 kemarin, saya mulai sadar bahwa sepertinya saya kemarin ini memaksakan diri untuk bisa mencapai ekspektasi, dan hasilnya, saat muncul nilai C, saya jadi kecewa sendiri dan marah (meskipun marahnya hanya beberapa hari), Saya terlalu berharap dapat nilai minimal B, tapi memang usaha saya segitu-gitunya, jadi saat dapat C, saya yang kecewa sendiri (padahal 'kan hasil berbanding lurus dengan usaha). Lalu setelah saya pikir-pikir lagi, ya memang usaha saya seperti itu jadi mungkin saya memang deserve nilai segitu, dan itupun sudah syukur saya nggak dapat D, E, BL, atau K (kosong). Orangtua saya pun rupanya nggak mempermasalahkan nilai C itu. Akhirnya, saya rasa mungkin memang harusnya begini dan, ya sudah jalani saja. Yang penting adalah, bagaimana ke depannya saya bisa meningkatkan nilai-niai saya. 

Balik lagi ke topik 'jalan santai'. Hantaman keras yang dikasih semester 6 ke saya membuat saya seolah sadar bahwa mungkin saya memang lelah di semester kemarin ini. Di semester 3 sampai 5 saya bisa bilang saya cukup (atau mungkin terlalu) serius dalam perkuliahan. Mungkin di semester 6 kemarin sebetulnya adalah indikasi bahwa saya mulai jenuh dengan dunia perkuliahan. Saya butuh istirahat, saya butuh liburan. Ya, beristirahat sejenak sampai energi cukup pulih untuk kembali kuliah. I guess I worked my butt off at the last 3 semesters and now I need recess

Tapi kalau saya liburan, itu artinya skip kuliah.. 

Nah, saya rasa cara yang paling tepat untuk pulih dari tekanan semester ber-IP buruk adalah dengan jalan lebih santai. Dengan jalan lebih santai, saya bisa punya waktu lebih untuk istirahat, mengerjakan kegiatan yang sesuai dengan passion saya, tanpa harus melupakan tugas atau fokus di kelas. Saya nggak mau terlalu maksa harus jadi anak yang sangat rajin. Kalau memang saya sedang jenuh, saya akan cari ketenangan dan istirahat sejenak, lalu setelah bugar, langsung kembali fokus ke perkuliahan. Saya nggak mau dulu mikir tentang skripsi ataupun kepancing untuk cepat-cepat mikir tentang skripsi saat yang lain sudah mulai bicara tentang skripsi sementara saya memang belum siap untuk mulai bikin proposal skripsi. Saya percaya skripsi ini bukan tentang ide, tapi juga kesiapan fisik dan mental. Saya juga nggak mau terlalu memikirkan apa kata orang tentang kelulusan. Gak perlu diburu-buru lulus, yang penting lulus tepat waktu dan saat lulus, saya memang benar-benar sudah siap untuk terjun ke masyarakat, baik berkontribusi dalam pekerjaan ataupun membuat lahan pekerjaan baru untuk orang-orang banyak. 

Intinya sih, saya nggak mau diburu-buru. Yang penting saya tetap fokus dan harus bisa juga menikmati hidup di tengah dunia perkuliahan. Saya rasa banyak orang yang berfikir demikian. Toh masa muda 'kan harus jadi masa yang menyenangkan, bukan selalu tentang mikirin kuliah harus dapat A atau skripsi cepat beres. 

2 comments:

  1. minta tipsnya dong biar pinter kaya kaka :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahahaha eh ketemu burhan. long time no see >_<
      kalo ngomongin pinter mah, aku bisa bilang aku jg nggak pinter. mungkin pinter tapi hanya di beberapa bidang aja.

      kalo saran aku sih mgkin gini, kalo ada satu bidang yg kita harus tekuni (misalnya matematika karena desakan dr kampus), kita berusaha untuk memahami aja. nggak perlu paham expert, tapi minimal kita tau dasarnya aja. kalo untuk hal yg kita sukai, banyak latihan aja. soalnya kalo misalnya mempelajari hal yg kita sukai, biasanya ngertinya lebih cepat.

      banyak latihan sm mau mencoba bisa bantu kita untuk lebih advanced di bidang yg kita sukai. istilahnya mgkin bukan pinter tapi advanced hhe.

      btw aku follow blognya burhan ya hehe

      Delete