Jadi sudah sekitar satu bulan saya mulai merasa kurang bersemangat, letih, lesu, lunglai, gejala 5L, atau apalah disebutnya. Kuroko capek dan Kuroko tuh nggak bisa diginiin. Ngaco lah ini ngomongnya. Sebenarnya, saya nggak sampai menunjukkan gejala 5L, meskipun jujur aja saya memang sedang dalam momen dimana saya sering capek. Jenuh, mungkin itu kata yang lebih tepat untuk menggambarkan perasaan saya akhir-akhir ini. Saya jadi sering banyak megap-megap, entah karena engap atau memang refleks melakukan begitu.
Rasa jenuh ini paling nampak diindikasikan oleh kurang semangatnya saya dalam mengerjakan proyek terjemahan. Sebelumnya, saya keterima dan sudah jadi lulus dari masa inkubasi sebagai penerjemah untuk WikiHow Indonesia. Anehnya, semenjak lulus saya jadi kurang bersemangat. Saya juga jujur saja jadi kurang yakin dengan hasil terjemahan saya. Kayaknya ada yang kurang atau apalah. Saya jadi suka grogi sendiri kalau submit artikel terjemahan saya. Dalam proses penerjemahan, saya sering banget gampang capek dan ngantuk. Baru satu halaman, saya udah capek. Baru dua halaman, saya udah ngantuk. Pas tidur, saya bisa tidur sampai 5 jam (paling lama), meskipun di malam sebelumnya saya nggak begadang. Jam tidur saya udah kacau, bahkan dari sebelum saya bergabung di proyek penerjemahan WikiHow.
Penyemangat saya untuk bisa tetap menerjemahkan dan meningkatkan kualitas terjemahan adalah, salah satunya, keinginan untuk bisa menutupi keuangan yang jebol dua tahun ke belakang. Pengen deh rasanya di akhir bulan ada setidaknya 2,5 juta di rekening tabungan saya. Dulu waktu saya semester 1 sampai semester 3, uang sebanyak itu ada di rekening saya. Tapi kesini-sininya ya semakin berkurang. Ini jadi semacam dorongan buat saya supaya bekerja lebih keras. Selain itu, saya juga mau membuktikan ke orang-orang kalau saya bisa mendapatkan uang sendiri, meskipun ya nggak besar sih.
Tapi rasa jenuh kalau sudah datang kadang-kadang tidak bisa saya pungkiri, membuat saya nggak berkutik. Atau memang sebetulnya ini pertanda kalau saya butuh istirahat, rehat sebentar dari pekerjaan saya dan menikmati udara bebas. Dari dulu kalau saya bilang ingin berlibur itu ujung-ujungnya wacana aja. Ya, rencana terkadang hanyalah sebuah wacana, yang karena lama tidak direalisasikan justru membawa bencana. Rimanya enak ya? Bencana yang saya alami adalah penyesalan, dan juga rasa jenuh yang semakin kuat. Saya nampaknya harus berlibur, kemana deh dan jangan dulu memikirkan tentang kerjaan. Kasarnya, untuk sementara waktu persetan deh dengan pundi-pundi dolar. Tubuh dan pikiran ini perlu penyegaran. Saya sering banget berfikir untuk berlibur sendiri. Ya, sendiri. Nggak sama teman pun nggak apa-apa. Namanya kalau udah ada kebutuhan mendesak untuk liburan, pergi sendiri pun nggak jadi masalah. Nanti juga mengalami deh kalau udah masuk masa jenuh bekerja atau kuliah. Dan saya sarankan, kalau memang sudah masuk masa jenuh jangan terlalu memasrahkan diri sama pikiran semacam "Kuliah tuh harus bener, sayang biayanya" atau "Kerja tuh yang rajin, supaya duitnya ngalir terus"
Jangan egois sama diri sendiri sih intinya. Kalau emang perlu istirahat ya istirahat.
Dosen saya dulu pernah bilang, katanya kalau mau skip kelas ya skip aja. Bahkan jangan tanggung-tanggung, kalau mau skip satu minggu sekalian dan maksimalkan liburan atau waktu istirahat yang kita punya. Tapi selama itu, kita harus benar-benar bikin tubuh dan pikiran jadi lebih segar lagi, supaya pas kita masuk lagi kerja atau kuliah, kita udah siap untuk kembali belajar dan kerja dengan baik. Dosen itu adalah salah satu dosen favorit saya. Ucapannya tentang skip kelas itu benar-benar jadi favorit saya.
Sayangnya sampai sekarang saya belum pernah skip sampai satu minggu untuk berlibur. Lebih tepatnya lagi, saya belum pernah beneran berlibur di saat jenuh. Saya justru liburan di saat lagi nggak jenuh. Saya mensyukuri liburan itu kok, cuman saya kesal kenapa saat saya jenuh saya justru seolah diam aja. I gotta do something! I gotta go somewhere! Apakah karena nggak ada uang? At least, keliling kota juga bisa disebut liburan.
Kemarin-kemarin ini saya 'nekat' jalan-jalan sendirian keliling Bandung. Nekat, karena harusnya saat itu saya lagi menyelesaikan artikel terjemahan saya yang sudah mepet deadline. Well I ain't fucking care. Saya juga perlu bernafas sejenak. Ditambah lagi tekanan untuk tanya ini itu tentang kapan sidang proposal skripsi dan seminar PPL bikin saya tambah sesak. Jalan-jalan singkat keliling Bandung itu bener-bener worthy. Saya bawa kamera dan foto-foto apa yang saya lihat.
Dan setelah berkeliling, saya singgah di Starbucks sejenak. Lumayan menghilangkan haus sekaligus ngadem. Sendirian? Nggak masalah. Saya malah senang-senang aja.
Dan akhirnya saya ketemu kucing menggemaskan ini..
Saya ingin sekali bisa berlibur untuk menghilangkan kejenuhan ini, atau setidaknya melakukan kegiatan apa untuk menghilangkan rasa jenuh. Yang jelas kegiatannya harus nggak mengandung urusan pekerjaan. Saya juga sempat membayangkan liburan tanpa gadget. Bawa sih bawa, tapi nggak banyak dipakai supaya bisa benar-benar menikmati liburan dengan baik. Sekarang kan sedikit-sedikit update atau apa lah. Mungkin update nya dikurangi atau dilakukan malam hari saja kalau sudah mau istirahat. Saya butuh liburan yang seperti itu. Kemarin bahkan sampai cek traveloka untuk cek harga tiket ke Singapura. Uang tiketnya sudah ada, tinggal uang untuk akomodasi dan jajan, kecuali ada yang mau nampung saya.
Ha,, jenuhnya..