Sunday, May 24, 2015

Do I hate kids?

Salah satu pertanyaan yang dari dulu masih belum bisa saya jawab adalah, 

"Do I hate kids?

Mama saya bilang katanya kalau cinta itu nggak boleh terlalu cinta, dan kalau benci juga nggak boleh terlalu benci. Pada dasarnya, rasa cinta dan rasa benci itu kan bukan dikotomi, atau kiri kanan, atau utara selatan, dan pokoknya nggak strukturalis deh; rasa cinta dan benci itu lebih semacam ke arah degree, ke arah mana kita cenderungnya. Bingung ya? Gitu deh intinya. 

--------
1 Cinta
--------
2
3
4
--------
5 Netral
--------
6
7
8
--------
9 Benci
--------

Kalau dibikin diagram, mungkin cinta dan benci itu kayak di atas itu. Kita ada di titik mana, apakah titik yang lebih ke arah cinta atau ke arah benci. Intinya sih nggak bisa selalu totally cinta atau totally benci. Sampai sekarang saya masih belum bisa menentukkan ada di skala berapa saya, apakah saya cinta atau benci... sama anak-anak. 

Why kids?! 

Saya juga nggak tahu. Makhluk berusia masih dibawah 10 tahun itu kadang-kadang aneh. Saya juga bingung. Anak-anak itu kadang-kadang ada yang baik banget, dan ada yang nakal banget. Ya pusing sih intinya, dan itu yang bikin saya sulit menentukkan di skala berapa sikap saya terhadap anak-anak. 

Tinggal di kompleks yang banyak anak kecilnya bikin saya sering mesuh-mesuh karena mereka biasa menginvasi teras depan dan main-main di kolam ikan (dan mengotorinya, dan mencelupkan kaki-kaki kotor mereka ke kolam ikan, sampai akhirnya digigit ikan lele dan menangis dan saya tertawa puas). Kadang-kadang mereka juga bisa baik, hanya duduk di dekat kolam ikan lalu mengobrol biasa, dan tidak sampai mencelupkan kaki ke kolam. Beberapa anak-anak itu menggemaskan, dan sisanya lebih pengen dipukul pantatnya ala Misae dan Shinchan. Setiap saya lapor ke mama saya kalau saya kesal karena anak-anak kecil tetangga-tetangga saya pada berisik dan suka bikin kotor pekarangan rumah-rumah orang, mama cuman jawab bahwa dulu juga saya seperti mereka. But at least, I didn't throw mango fruits into someone's fish pond loh. Maksudnya, seinget saya dulu saya nggak sebandel itu--seperti anak-anak tetangga-tetangga saya sekarang. Bandelnya mereka ini sudah bikin beberapa tetangga saya juga jengah. Pernah suatu hari tetangga depan saya marah dan lapor ke babysitter yang anak asuhannya bandelnya minta ampun karena mangga-mangga di pohon tetangga saya, yang sudah berbuah tapi belum matang, sudah pada dipetik sama anak-anak kecil itu. Kan bete tuh, pasti tadinya niatnya mau bikin jus mangga. 

Saya dikenal sebagai 'koko galak' sama anak-anak kecil itu. Kalau lewat atau ketemu, saya jarang senyum dan biasanya melototin mereka (I do my best buat bisa melotot, dan jangan tanya alasannya kenapa ya). Saya juga sering menegur mereka kalau udah ngotorin kolam ikan atau memberantakin teras depan (I'm not sure whether the word 'memberantakin' does exist in KBBI or not). Pokoknya, saya dikenal sebagai koko galak yang suka marahin anak-anak kecil. I don't care. Punya image galak nggak lantas membuat saya jadi pusing kok. Ya, setidaknya saya galak juga karena ada alasan tertentu. Tapi di sisi lain, ada beberapa anak yang bilang kalau saya nggak galak. Anak-anak yang mana?


Foto itu jadi bukti kalau saya juga bisa get along sama anak-anak dan mereka juga menganggap kalau saya nggak galak. Bingung? Nggak yakin? Terserah.

Yang jelas saya nggak suka dengan haircut saya di foto itu.

Mungkin untuk bisa suka sama anak-anak, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sama anak-anak itu. At least kalau nggak terpenuhi semua, terpenuhi setengahnya deh. Kriterianya apa aja?

  1. Nggak terlalu berisik, nggak banyak teriak-teriak
  2. Nggak gampang nangis dan kalaupun nangis, nggak mewek manja atau nangis yang sampai tendang-tendang
  3. Nggak ngamukan kalau marah (kalau ngamuk, bisa saya sentil soalnya)
  4. Nggak kebanyakan nanya-nanya yang aneh-aneh, apalagi kalau sampai nanya yang niatnya buat cari perhatian (anak-anak jaman sekarang banyak yang punya motive loh bro!)
  5. Nggak kurang ajar dan kalau ngomong bahasanya baik (aduh, sekarang banyak anak-anak kecil yang masih SD tapi udah tau kata fuck atau asshole)
  6. Nggak kutuan (ini crucial banget karena kutuan itu nular!)
  7. Menjaga kebersihan
  8. Menunjukkan antusias, apalagi kalau konteksnya lagi belajar (semisal ngajarin bahasa Inggris ke anak-anak)
  9. Tau jokes yang lucu tapi nggak offensive (anak-anak jaman sekarang kan suka ada yang pinter nge-joke)
  10. Suka mau kalau disuruh nyanyi (yang gini nih yang namanya hiburan)
Kriterianya terlalu perfeksionis ya? Terserah dah. 

Jadi, intinya apa? Entahlah. Saya masih bingung menentukan apakah saya suka atau benci sama anak-anak kecil. Basically, gimana situasi dan kondisi sih. Ada orang yang nanya, apakah nanti kalau saya udah menikah dan punya anak, masih bakal tetap punya pandangan kayak gini. Saya sih bisa bilang pandangan saya bisa berubah. Ya maklum lah udah dewasa udah punya anak, mau sampai kapan sih benci sama anak kecil. Toh saya juga nggak mau jadi orang yang childless. Kan kata orang-orang tua juga anak itu berkah. Banyak anak banyak rejeki, eh tapi nggak selalu gitu juga sih, toh rejeki yang ngatur kan Tuhan, bukan anak. 

Jadi kesimpulannya? 

Nggak ada sih. Cuman curhat saja. 

0 comments:

Post a Comment