Sepertinya saya cukup 'terlambat' untuk menjadi penikmati musik-musik karya band yang satu ini. Meskipun terbilang terlambat, saya sebetulnya dari dulu sudah pernah mendengar salah satu karyanya. Bagi yang pernah melihat iklan Coca Cola edisi Live Positively, kemungkinan pernah mendengar musiknya yang mengiringi alur cerita iklan tersebut. Kalau misalnya lupa-lupa ingat, mungkin bisa menonton video ini terlebih dulu:
Sore adalah band indie asal Indonesia yang terbentuk pada tahun 2002. Band beranggotakan empat orang ini sepertinya cukup banyak dikenal oleh penggemar film Indonesia karena karya-karya mereka yang banyak menghiasi beberapa film seperti Berbagi Suami, Kala, dan film psychological thriller kesukaan saya, Pintu Terlarang. Di beberapa situs, nama Sore biasanya muncul dalam artikel-artikel tentang musik indie Indonesia, atau sebagai recommended artists yang muncul setelah Payung Teduh, Pure Saturday, atau Banda Neira.
Beberapa bulan yang lalu, saya sedang cukup gencar mengunduh beberapa album khusus musik indie Indonesia. Salah satu yang masuk dalam daftar unduhan saya adalah Sore. Berhubung sudah jarang ke toko musik, akhirnya iTunes menjadi tujuan saya untuk mendapatkan album-album tersebut. Salah satu album yang saya unduh adalah Sorealist, album kompilasi Sore yang menghadirkan beberapa lagu dari album-album mereka sebelumnya, dan juga tiga buah lagu baru dan beberapa lagu yang menjadi soundtrack beberapa film.
Sorealist berisikan 13 buah lagu; tiga di antaranya adalah lagu baru. Dirilis pada tahun 2013, album ini menghadirkan kembali beberapa lagu dari album Centralismo, Ports of Lima, serta lagu-lagu yang menjadi soundtrack film seperti Kala, Berbagi Suami, Janji Joni, dan Pintu Terlarang. Kalau penasaran dengan tracklist-nya, silahkan dilihat daftarnya di bawah ini:
- Musim Ujan*
- Sssst...*
- Bantal Keras*
- Somos Libres
- No Fruits for Today
- Mata Berdebu
- Karolina
- Funk the Hole
- Nancy Bird
- Merintih Perih
- Setengah Lima
- Ada Musik di Dalam
- Pergi Tanpa Pesan
* lagu baru
Dalam album ini, secara umum Sore membawakan lagu-lagu bergenre pop, jazz, dan alternative. Di antara lagu-lagu tersebut, ada beberapa lagu yang jadi favorit saya. Sebut saja lagu No Fruits for Today yang diambil dari album Centralismo (2005). Dengan tempo yang sedang, lagu bergenre pop ini memberikan saya kejutan yang--pertama kali saya mendengarnya--membuat saya cukup merinding dengan suara teriakkan di tengah-tengah lagu. Musim Ujan menawarkan nuansa retro yang cukup kental. Lagu bernada dasar D mayor ini dihiasi oleh iringan paduan suara dan aransemen bertempo sedang; cocok untuk mereka yang senang berkendara di bawah hujan berkeliling kota. Nancy Bird merupakan karya jazz ringan membawa pikiran saya ke sebuah galeri seni besar, latar tempat pertama yang dimunculkan di film Pintu Terlarang. Dalam scene pameran seni, kita bisa mendengar lagu ini diputar dan, menurut saya, lagunya sesuai dengan suasana pameran seni mewah yang dihadiri oleh para penggemar karya seni dengan penampilan yang berkelas. Aransemen Nancy Bird didominasi oleh iringan piano yang melodi woodwind section, serta melodi gitar jazz pada bagian interlude yang cukup panjang.
Ada Musik di Dalam bisa dikatakan sebagai versi yang lebih lambat dan lebih santai dari Nancy Bird. Dengan aransemen yang cukup mirip, Ada Musik di Dalam menawarkan citarasa Nancy Bird, tentunya dalam atmosfer yang lebih santai (ditambah iringan paduan suara dan mandolin pada bagian chorus). Bahkan, saat saya mendengar Ada Musik di Dalam, saya seperti mendengar lagu-lagu Frank Sinatra atau Louis Armstrong. Funk the Hole adalah lagu bergenre pop-rock yang membawa sentuhan rock jadul, seperti beberapa lagu yang dibawakan oleh band seperti The Adams dan The Upstairs. Mata Berdebu memiliki aransemen yang ringan, dengan iringan tabla dan melodi yang diambil dari Gymnopédie No. 1 karya komposer Perancis Erik Satie.
Merintih Perih adalah lagu pop dengan vokal yang powerful dan tempo yang lebih lambat, namun tetap mempertahankan unsur-unsur woodwind instruments yang menjadikannya cukup unik. Lagu terakhir, Pergi Tanpa Pesan, merupakan lagu re-make dari sebuah lagu yang cukup populer di tahun 50an. Awalnya dipopulerkan oleh Nina Kirana, lagu ini diaransemen ulang oleh Sore dan dibawakan dalam aransemen midnight jazz yang mengingatkan saya pada lagu Gloomy Sunday versi Sarah Brightman. Sentuhan French jazz yang direpresentasikan dengan melodi akordion, progresi akord yang 'menipu', serta warna suara Ade yang lembut dan misterius membuat lagu ini cukup haunting.
Ada Musik di Dalam bisa dikatakan sebagai versi yang lebih lambat dan lebih santai dari Nancy Bird. Dengan aransemen yang cukup mirip, Ada Musik di Dalam menawarkan citarasa Nancy Bird, tentunya dalam atmosfer yang lebih santai (ditambah iringan paduan suara dan mandolin pada bagian chorus). Bahkan, saat saya mendengar Ada Musik di Dalam, saya seperti mendengar lagu-lagu Frank Sinatra atau Louis Armstrong. Funk the Hole adalah lagu bergenre pop-rock yang membawa sentuhan rock jadul, seperti beberapa lagu yang dibawakan oleh band seperti The Adams dan The Upstairs. Mata Berdebu memiliki aransemen yang ringan, dengan iringan tabla dan melodi yang diambil dari Gymnopédie No. 1 karya komposer Perancis Erik Satie.
Merintih Perih adalah lagu pop dengan vokal yang powerful dan tempo yang lebih lambat, namun tetap mempertahankan unsur-unsur woodwind instruments yang menjadikannya cukup unik. Lagu terakhir, Pergi Tanpa Pesan, merupakan lagu re-make dari sebuah lagu yang cukup populer di tahun 50an. Awalnya dipopulerkan oleh Nina Kirana, lagu ini diaransemen ulang oleh Sore dan dibawakan dalam aransemen midnight jazz yang mengingatkan saya pada lagu Gloomy Sunday versi Sarah Brightman. Sentuhan French jazz yang direpresentasikan dengan melodi akordion, progresi akord yang 'menipu', serta warna suara Ade yang lembut dan misterius membuat lagu ini cukup haunting.
Meskipun 'baru' menjadi pendengar karya-karya Sore, namun saya berani mengatakan bahwa Sore berhasil memikat saya dengan karya-karyanya. Album Sorealist bisa saya definisikan sebagai teman perjalanan yang misterius, namun menyenangkan. Beberapa lagu dalam album ini menawarkan nuansa yang ceria, ada pula yang menawarkan semangat, dan ada pula yang justru membuat saya cukup merinding (bukan dalam konteks hal metafisika tentunya). Dengan harga Rp 49 ribu (di iTunes, atau Rp 5 ribu per lagu), saya rasa album ini layak untuk bersanding di library iTunes komputer, atau setidaknya perpustakaan musik di komputer.
Tautan iTunes: Sorealist by Sore
Penilaian personal: 4,5 out of 5 (highly recommended)
wuaaah suka semua apalagi payung teduh sama banda naera! haha oh yah klaus coba deh denger lagu-lagu laelani frau. Mungkin bakal suka juga. Enakeun lagunya.
ReplyDeleteLaelani Frau aku baru denger, tapi boleh deh dimasukkan ke daftar putar hehe. Bisa langsung nyari nih skrg :D
Delete