Wednesday, October 1, 2014

Demi tugas

Orang-orang mungkin akan komentar tentang saya bahwa saya cukup banyak mengeluh tentang tugas. Ya, saya memang cukup banyak mengeluh tentang tugas dan saya juga tau diri kok untuk tidak denying hal itu. Dan sebetulnya post ini pun akan bercerita sedikit tentang apa yang saya rasakan di semester ini--yang kebetulan isinya keluhan-keluhan juga. Oh.. Hidupku penuh dengan keluhan. Ada yang bilang bahwa kita ga boleh banyak mengeluh. Katanya mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Ya, memang kalau ada tugas kita jangan mengeluh, tapi mengerjakan. 

Tapi kan saya juga manusia, dan saya juga bisa merasakan lelah. Dan tapi.. tapi.. tapi.. 

Aaaaaaaaaaaaaaaaaa! 


Kehidupan perkuliahan itu memang berat. Terutama semakin tua angkatannya semakin berat juga beban yang harus diemban. Ditanya kapan mau proposal, ditanya kepikiran apa untuk skripsi, ditanya ada mengulang matakuliah atau tidak, ditanya IPK terakhir berapa, ditanya apakah sudah ambil tes TOEFL lagi atau belum.. Kenapa harus dijejali dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu? Belum lagi tugas-tugas matakuliah yang tersisa di semester tujuh ini. Memang ya, beban paling berat ditaruh di akhir, just like when you play Mario Bros and reach the last stage 'raja'. Berat, bung! Di awal-awal perkuliahan memang sih, semester satu sampai tiga itu rasanya seperti pergi ke tempat les. Tapi setelah masuk semester empat sampai semester sekarang, akhirnya saya sadar bahwa dunia perkuliahan itu--indeed--berat. Ya, lebih berat daripada harus gendong abang saya sampai warung baso urat favoritnya. Belum lagi jadwal kuliah pagi yang bikin harus bangun sangat pagi dan bergegas mandi (sampai kadang tidak sarapan) dan langsung berangkat secepat mungkin ke kampus supaya tidak terlambat. Dan sampai kampus, biasanya lift akan penuh dan terpaksa untuk sampai ke lantai empat harus naik.. 


Oke. Yang di atas itu anggaplah saya ngomong ngawur. Tapi memang jujur saja bukan sekali dua kali tugas-tugas yang saya dapatkan itu membawa saya pada sebuah pengorbanan yang cukup besar, yang efeknya cukup menyayat hati. Memang, untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan kita harus melakukan sebuah pengorbanan, dan kadang-kadang hasil yang didapat tidak seimbang dengan pengorbanan yang kita lakukan. Mungkin lebih tepatnya.. mungkin belum hoki. 

Tahun lalu saat saya ada di akhir semester lima (Desember 2013), keluarga saya memutuskan untuk berlibur di hari Natal. Biasa.. mudik. Nah, kebetulan saya sedang ada tugas mahadahsyat yang harus diselesaikan dan dikumpulkan tanggal 28 Desember. Karena tugas itu berat dan harus diseriuskan dalam pengerjaannya, dan saya termasuk manusia yang lamban dalam bekerja, otomatis dalam satu hari progres kerja saya tidak akan bisa banyak. Di malam natal, di saat keluarga sedang sibuk packing pakaian, saya masih harus berkutat dengan tugas saya. Yang menyedihkan terjadi besok. Keluarga saya akhirnya pergi mudik, minus saya, dan saya terpaksa tinggal di rumah, sendirian. Sendirian. Sendirian. 


Sendirian. Hanya saya, dan tugas. 

Sedih, bro! Sedih! Pernah nonton film Home Alone pertama yang dibintangi sama Macaulay Culkin, dimana seluruh keluarganya pergi ke Prancis dan dia terpaksa tinggal sendiri di rumahnya di malam natal? Tahu adegan dimana setelah dua penjahat yang berniat merampok rumah keluarga McCallister ditangkap polisi, akhirnya Kevin (Macaulay Culkin) merapikan ruang keluarga, memainkan lagu "Have Yourself A Merry Little Christmas" dan duduk sendiri disana? Itu yang saya rasakan! Perih? Perih banget, bro! Hidup itu keras, bro! Dan di saat sendiri itu saya sadar saya nggak dikasih cukup banyak uang sama orangtua saya. Dengan uang seadanya, dan perasaan sepi dan sendiri, dan tugas yang masih menanti untuk dikerjakan, bisa bayangkan perasaan saya saat itu? 

Hancur! 

Terdengar berlebihan ya? Ya, tapi kurang lebih begitulah. Sakit, brosis.. Apalagi saat malam hari, tidur sendirian. Bukan takut sama hantu, tapi lebih ke merasa sepi dan sendiri dan.. sedih. 

Intinya? 

Ya, begitulah. Kita memang harus mau berkorban demi tugas. Demi tugas, dan demi masa depan kelulusan dari kampus. Tapi ya namanya juga manusia ya, bisa merasakan lelah dan letih batin juga, bisa mengeluh dan bisa menangis. Ya apa daya lah.. Namanya juga manusia. 

0 comments:

Post a Comment