Saturday, March 21, 2015

[Review] Coffee & Small Talk (Part 2)

Sudah lama nggak buat review tempat ngopi yang nyaman di kota kembang ini. Berhubung akhir-akhir ini sedang sibuk-sibuknya ngerjain tugas pembuatan topik dan berita untuk acara ESP sore (saya kan intern yang rajin dan baik), ditambah lagi dikejar-kejar revisi proposal skripsi dan proyek terjemahan, jadilah cukup susah saya buat dapetin waktu untuk ngopi. Beneran ngopi ya, bukan sebatas beli minum di Chatime. Tempat kerja yang berada di kawasan CBD Bandung bikin saya sering banget lewat beberapa kedai kopi yang keliatannya memanggil buat dikunjungi. Baru hari ini lah saya sempet pergi ke salah satu kedai kopi di jalan Cisangkuy, meskipun sebetulnya setiap hari juga lewat Cisangkuy. 

Lewat doang sih.. 

Jadi tadi sore, saya sama koko saya berangkat ke Java Preanger Coffee House. Awalnya saya sama koko saya sempet bingung kali ini mau berkunjung kemana. Maklum lah kita berdua cenderung indecisive, yang ujung-ujungnya selalu bilang 'terserah' (fyi, ada tempat makan di Bandung namanya 'Terserah' dan cocok buat kalian yang suka bilang 'terserah' kalau lagi nentuin mau makan dimana). Kalau untuk urusan tempat ngopi, saya sama koko saya punya standar yang kurang lebih sama. Perbedaannya mungkin di pendanaan. Berhubung saya nggak ditraktir sama koko saya jadi mau nggak mau kalau ngasih pilihan saya harus kasih pilihan yang emang sesuai sama isi dompet saya. Resiko punya koko pelit sih.. 

Dan pilihan pun jatuh pada Java Preanger Coffee House! 

*applause*

Kalau ngeliat dari luar, mungkin terpikir bahwa tempat ini menyediakan minuman kopi dan dessert yang harganya mahal. Maklum lah dari segi bangunan tempat ini kan menggunakan bangunan bekas peninggalan zaman Belanda dulu. Awalnya saya juga agak ragu dan takut malah jatohnya nggak pesan apa-apa gara-gara lagi bokek, tapi memang penampilan bisa menipu (dan dalam hal ini, positif sih jadinya). Tempat yang tenang dan nyaman itu ternyata menawarkan harga yang bersahabat dan nggak bikin asthma saya kumat. Tempatnya cukup besar, dan di lantai atas ada semacam sekolah musik. Waktu saya kesana sama koko saya, sedang ada semacam latihan ensembel biola di sekolah musik itu dan alunan Canon in D sayup-sayup terdengar, menghangatkan suasana. Kalau ngopi nggak pesan kopi itu aneh, kata koko saya. Walhasil, koko saya pesan Italo-style Mocca Pot, yang gambarnya ada di bawah ini.

Italian-style Mocca Pot - IDR 20,000

Disajikan dalam pot dan gelas kecil, Italo-style Mocca Pot harganya cuman dua puluh ribu aja dan itu tahan lama (mungkin karena pahit dan panas kali ya?). Koko saya aja habisin itu minuman dua jam, hitung-hitung nunggu hujan reda juga sih. Gelasnya super imut bikin pengen diculik buat minum kopi di rumah. Bijih-bijih kopi yang ada di atas meja itu bukan dari sananya ya; saya ngambil segenggam dari karung kopi dekoratif yang ada disana *giggling*



Yang ditawarkan di Java Preanger Coffee House nggak hanya kopi aja. Kalau misalnya suka coklat atau teh, pilihan menu minuman coklat dan teh juga tersedia. Saya sih seperti biasa pesannya iced chocolate. Harga minumannya beragam kok, dari mulai belasan ribu sampai yang puluhan ribu juga ada (tapi nggak akan bikin bokek juga sih). Untuk makanannya, dari mulai light meals, appetizers, main courses, sampai desserts juga ada. Pilihan makanannya beragam, dari citarasa Indonesia sampai menu-menu internasional (dan yang dipesan waktu itu hanya gorengan dan kentang goreng). Waktu ke sana, saya pesan kentang goreng dan gorengan sebagai cemilan. Untuk gorengannya ada beberapa pilihan, kayak pisang goreng, tempe goreng, tahu isi, dan lain-lain. Oh ya, harga untuk makanan berkisar dari belasan ribu sampai puluhan ribu (sekitar 70 ribu kalau nggak salah). Siapin duit 100 ribu aja biar aman, meskipun bawa duit 50 ribu juga kalau buat sebatas ngopi dan ngemil udah cukup.

Oya kembali bicara tentang tempat. Java Preanger ini karena menempati bangunan peninggalan zaman Belanda, jadi nuansa 'oma opa' itu kerasa cukup kuat, meskipun udah ada pembaharuan di sana sini. Saya nggak sempat foto tapi kalau kita masuk ke dalam dan duduk di area duduk si sebelah kiri, ceiling si ruangannya mengingatkan saya sama ceiling dek A dan boat deck kapal Titanic (itu loh yang ada kubah kacanya). Meskipun nggak pakai kubah kaca, tapi desain ceiling dan lampunya buat saya sih menyerupai desain yang ada di Titanic. Lampunya pun mirip-mirip gitu, dengan kaca warna putih berbentuk lingkaran cembung.

Grand staircase RMS Titanic. Mbak Rose-nya kemana ya?
Ruangan utama Java Preanger didominasi oleh warna-warna bumi seperti krem, coklat, dan putih. Ada panggung kecil di dekat pantry yang dipakai untuk penampilan band. Saya lupa jadwalnya seperti apa tapi setiap hari itu genre yang dibawakan beda-beda (kapan-kapan kesana lagi deh pas malam-malam biar sekalian nonton penampilan band). Ada semacam rak gantung yang jadi backdrop untuk panggung dan di rak-rak itu terdapat banyak container kaca yang menyimpan biji-biji kopi dan juga pernak-pernik dapur lainnya yang semakin mempercantik area panggung. Oya karena area ruangan yang cukup luas, tempat ini cocok buat dijadiin tempat untuk ngadain pesta ulangtahun. Belum lagi kan ada panggung juga, jadi ya cocok aja kalau mau ngadain pesta dengan penampilan band.



Koko saya centil

Overall, tempat ini bisa jadi alternatif tempat ngopi yang nyaman dan tenang. Suasananya yang oma opa banget jadi nilai tersendiri buat tempat ini. Harga makanan dan minuman yang cukup affordable juga bisa jadi bahan pertimbangan buat berkunjung kesini. Apalagi tempat ini juga kalau malam punya live music, dijamin ngopi bareng teman-teman atau keluarga pastinya bakalan menyenangkan.


Java Preanger Coffee House - Cafe & Resto
Jl. Cisangkuy no. 68
Twitter: @JavaPreanger

0 comments:

Post a Comment