Thursday, August 7, 2014

"Aku sedih. Duduk sendiri"

Kemarin malam saya tiba-tiba teringat lagu dari satu permainan jaman saya kecil dulu. Waktu saya masih SD dulu, biasa anak-anak SD suka pada mainin permainan yang pakai tepuk-tepuk terus pakai suten batu kertas gunting, sambil nyanyi-nyanyi. Nah, ada satu permainan yang punya lagu yang, kalau jaman dulu sih karena saya nggak ngeuh, ternyata mengerikan liriknya. 

Coba mungkin kalian pernah dengar permainan dengan lagu kayak gini: 
Aku sedih, duduk sendiri Mama pergi, papa pergi Ada tali, mau gantung diri Talinya putus, digigit tikus Tikusnya pulang, lewat kuburanAda pocong, berkain putihPutih putih melati, Ali Baba ~Merah merah delima, Pinokio ~Siapa yang baik hati, Cinderella ~Nanti disayang mama
Bukan, saya bukan takut dengan lirik tikus pulang lewat kuburan dan ada pocong berkain putih. Saya juga nggak mau mempedulikan apa hubungannya melati sama Ali Baba, karena setahu saya Ali Baba nggak jualan bunga melati, apalagi pake rangkaian melati buat nikahan. Saya juga nggak tahu apa kaitannya merah sama Pinokio (atau mungkin saya nggak ngeuh kalo setiap hidung Pinokio memanjang, mukanya merona merah gitu?). Dan terakhir, memangnya yang baik hati cuma Cinderella aja? Kalau gitu hanya Cinderella dong yang disayang mama? 

Cukup dengan komentarnya. Coba perhatikan empat baris pertama:
Aku sedih, duduk sendiriMama pergi, papa pergiAda tali, mau gantung diriTalinya putus, digigit tikus
Saya berterima kasih sama tikusnya karena telah menggagalkan percobaan bunuh diri seorang anak kecil yang sedang bersedih. Tapi bayangkan kalau nggak ada tikus yang ngegigit talinya. 

Well the child must have died then.. 

Karena penasaran akhirnya saya cari tahu tentang permainan itu yang berujung pada informasi bahwa lagu yang dinyanyikan di permainan itu adalah lagu anak-anak biasa dengan lirik yang happy ending, tanpa gantung diri dan tanpa tikus yang pulang lewat kuburan. 


Lagu anak-anak itu bercerita tentang seorang anak yang sedih karena ayah ibunya belum juga pulang (possibly belum pulang dari kantor) dan akhirnya si anak bahagia karena orangtuanya pulang dengan mainan yang dia inginkan. Dari lagu berbahagia seperti ini, lalu ditambahkan ke dalam satu permainan, dan tiba-tiba liriknya jadi berubah, dengan tambahan gantung diri dan tikus yang pulang lewat kuburan, saya seketika jadi kritis. Berhubung saya pernah bergulat dengan topik literatur anak yang ternyata berbahaya dan anak-anak zaman sekarang yang menakutkan, fakta bahwa ada satu permainan dengan lagu yang liriknya mengandung hal-hal yang seharusnya nggak diekspos ke anak-anak bikin saya ngeri sendiri. 

Pertanyaan saya satu: Siapa yang mengubah lirik lagu aslinya? 

Saya percaya bahwa dunia anak-anak seharusnya menyenangkan dan mendidik untuk anak-anak. Dengan usia yang masih muda, anak-anak nggak sepatutnya diekspos dengan hal-hal berbau kekerasan dan pengrusakan mental seperti keinginan untuk bunuh diri. But it is there; the lyrics have it and children sing the song. Mungkin anak-anak nggak akan ngeuh tentang hal gantung diri itu karena mereka sibuk dengan inti permainannya, tapi saya selaku orang yang memang concern dengan literatur anak (karena menurut saya permainan anak-anak dengan chant juga bisa dikatakan bentuk seni yang menggabungkan literatur--nyanyian dan gerak) bakalan mempertanyakan hal itu. Bagaimana bisa di lagu permainan anak-anak terkandung lirik yang menceritakan tentang keinginan untuk bunuh diri? 

Mau sedikit mengingatkan tentang literatur anak, saya pernah baca suatu artikel di viralnova (artikelnya bisa dibaca disini) yang menjelaskan tentang Russian nursery rhymes yang liriknya untuk sebagian orang lucu mungkin, tapi kalau untuk saya sih absurd dan terrifying banget kalau sampai dijadikan lirik untuk nursery rhymes. Lirik dengan cerita yang mengerikan itu diekspos ke anak-anak sebagai nyanyian. Ya, sebagai nyanyian untuk anak-anak. 




Well yes. They are nursery rhymes, and they (really) scare me. 

Bahkan untuk orang yang nggak bisa dikatakan anak-anak lagi pun (baca: saya) bilang bahwa foto-foto nursery rhymes di atas memang mengerikan (terutama yang terakhir). Bisa bayangkan ada lagu anak-anak yang bercerita tentang seorang anak yang matanya dicongkel keluar oleh ibunya supaya dia nggak bisa ngambil lagi selai? Dan ada lagu anak-anak yang bercerita tentang seorang tukang listrik yang bunuh diri? 

I promise I won't sing my children such nursery rhymes.

Kenyataan bahwa nursery rhymes dan lagu-lagu permainan semacam itu ada di sekitar kita membuat saya semakin ngeri dengan dunia ini. What's wrong with people? Kenapa liriknya harus begitu, dan kenapa harus diganti seperti itu? Kenapa harus mencantumkan hal-hal yang sebetulnya bisa merusak masa kecil anak? Apakah pantas anak-anak diekspos dengan hal-hal seperti itu? Apa maksud dari pengubahan lirik lagu asli menjadi lirik yang baru--dengan konten yang tidak seharusnya diberikan untuk anak-anak? 

And I can't believe I played that game and sang the song. 

Dan satu hal yang saya pelajari dari lirik lagu permainan itu adalah, betapa momen kebetulan itu bisa benar-benar menyelamatkan nyawa seseorang, dan ini bisa jadi semacam ajaran untuk anak-anak bahwa mereka bisa berharap dari sebuah 'kebetulan'. Bayangkan kalau tikus itu nggak ada, then the child must have died. Dan satu hal yang paling penting adalah, apakah itu tindakan yang benar--mengajarkan kepada anak-anak bahwa saat kita dilanda masalah dan kesedihan, kita hanya perlu menemukan tali lalu gantung diri dan masalah selesai? 

Parents. Are you serious? 

Karena saya tahu, yang ubah lirik lagu itu pasti orang dewasa, bukan anak-anak. 

0 comments:

Post a Comment