Langkah-langkah itu terdengar semakin mengesalkan. Mas Eza terus berjalan, bolak-balik di depan pintu besar berwarna hijau itu. Di ruangan ini, hanya suara langkah kakinya yang mendominasi, membuat ritme dengan kecepatan tetap seperti ketukan bebas pada tempo moderato. Pria paruh baya yang duduk di bangku di pojok ruangan tak menghiraukan mas Eza yang sedang panik, nampak membaca koran dengan santainya. Seorang ibu dan anaknya yang duduk tak jauh dariku juga nampak mengacuhkan mas Eza yang sejak tadi entah sudah berapa kali mondar-mandir di hadapan...