Setiap tanggal 16 Mei setiap tahunnya, saya selalu dapat beberapa notifikasi setelah pukul 12 malam. Notifikasi yang datang salah satunya adalah reminder bahwa tanggal 16 Mei adalah ulangtahun mama saya, dan notifikasi lainnya adalah pesan singkat dari ayah yang mengingatkan untuk kasih ucapan selamat pada mama, baik lewat pesan singkat ataupun secara langsung. Hal yang serupa terjadi pada tanggal 28 Mei. Bedanya, tengah malam tanggal 28 Mei, saya dapat notifikasi dari reminder ponsel bahwa saya berulangtahun hari itu (bodohnya diriku yang tanggal ulangtahun pun sampai harus dimasukkan dalam reminder). Ada pesan singkat yang masuk dari kakak adik, ayah, ibu, dan beberapa teman dekat yang memberi ucapan selamat ulang tahun. Dan yang terakhir, biasanya notifikasi bahwa baterai ponsel sudah habis; di malam ulang tahun biasanya saya ngobrol semalaman dengan satu atau dua teman dekat saya tentang, kalau nggak tentang game, ya tentang "Gimana besok jadinya? Di PVJ jam 2, 'kan?"
Tapi post ini akan saya dedikasikan untuk mama saya, bukan untuk saya.
Mamaku realistis
Mama saya bisa dibilang orang yang sangat logis, realistis, sederhana, dan (kalau saya boleh bilang) agak pelit. Mama saya bukan tipe orang yang suka merayakan ulangtahun. Biasanya kalaupun ada tart ulangtahun, yang beli itu ayah (dan ayah yang biasa merencanakan pesta kecil di rumah). Mama saya seringkali berfikir realistis bahwa pesta ulang tahun itu bukanlah obligasi; nggak dirayakan pun nggak akan bikin Firaun joget dubstep. Agak berbeda dengan saya yang pada hari ulangtahun, cenderung ingin 'berbagi' kebahagiaan dengan teman-teman dan keluarga. Kenapa saya kasih tanda kutip?
It's my birthday and it's party time!!!
*silence*
Now you know why I quote-marked the word berbagi..
Setiap ulangtahunnya, mama saya tidak mengungkapkan terlalu banyak ekspektasi. Entahlah, mungkin di dalam hatinya mama saya pasti punya banyak ekspektasi untuk setahun kedepan. Pasti! Pasti ada! Saya sendiri sebagai anak biasanya di hari ulangtahun mama saya akan kirim pesan singkat, memberi selamat ulangtahun dengan gaya khas komedi. Nggak berapa lama kemudian pesan saya dibalas oleh mama saya seperti ini:
Tenkyu! Wkwkwkwkwkwkwk!
Mama saya pernah main game online kah? Entahlah, tapi yang jelas mama saya sudah menamatkan game Onet di Samsung Tab yang ia punya. Saya? Oh, jangan ditanya lagi kalau soal game Onet. Main game itu di ponsel senpai saya pun, saya harus main dalam free mode karena otak saya lemot.
Makan malam
Pesta ulangtahun bagi mama saya tidak harus selalu mewah. Kadang-kadang kami sekeluarga hanya pergi ke satu restoran (yang paling saya suka sih restoran seafood karena bisa pesan satu platter besar calamari yang bisa dihabiskan sendiri) untuk makan malam. Saat makan malam pun tidak ada hal-hal yang sangat spesial; semuanya biasa saja seperti sedang pergi ke restoran pada hari-hari lainnya. Doa? Di dalam hati. Ucapan selamat? Biasanya dari keluarga-keluarga paman atau tante yang datang (karena keluarga inti sudah memberi selamat di malam hari atau di pagi harinya). Kue ulangtahun? Ditinggal saja dirumah. Tiup lilin? 'Kan kue ulangtahunnya saja ditinggalkan di rumah. Sepatah dua patah kata? Mama saya sudah terlalu banyak bicara saat mengajar (mama saya adalah seorang dosen di jurusan psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia).
Kami sekeluarga hanya menikmati momen-momen kebersamaan, berbagi dan bertukar sajian menu yang berbeda, ngobrol tentang hal-hal kasual dan seringkali tidak membahas ulangtahun, dan juga sesi foto (juga selfie). Pesta ulangtahun mama saya nggak terasa seperti pesta ulangtahun. Bahkan saya kadang berfikir mama saya mungkin lupa bahwa hari itu adalah hari ulangtahunnya.
Atau mungkin mama saya memang orangnya cuek?
2014 = Biasa saja
Ulangtahun mama saya kebetulan berdekatan dengan ulangtahun oma saya (dari garis ayah). Tahun ini, di tanggal 16 Mei ini tidak ada perayaan ulangtahun mama di rumah (yang bikin saya kecewa karena nggak ada makan malam di luar--tidak ada calamari platter *sobs*). Ulangtahun oma saya justru akan dirayakan dan mama berkomentar bahwa pesta ulangtahunnya bisa digabung dengan pesta ulangtahun oma. Alasannya sudah pasti, karena biaya dan juga..
My mom doesn't really like parties.
Bahkan mama saya sering tanya kenapa ulangtahun oma harus dirayakan, sampai besar-besaran segala, mengundang banyak orang dan pesan banyak kue-kue. Mama saya bilang di usia oma yang sudah tua, perayaan ulangtahunnya nggak perlu berlebihan. Saya setuju dengan mama saya, karena idealnya perayaan ulangtahun sayalah yang harusnya diadakan besar-besaran. Mimpi! Saya cuma mimpi karena di pesta besar pun saya pasti akan mingle dengan teman-teman dekat saya; dengan kata lain, percuma saya buat pesta ulangtahun besar-besaran. Toh kalau kue ulangtahunnya rasa vanilla pun saya nggak akan makan karena saya nggak suka vanilla. Saya suka kue ulangtahun rasa coklat.
Happy birthday, mom!
Sengaja saya nggak mau membuat nuansa sedih dan haru di post ini karena saya sudah nangis sambil peluk mama saya beberapa hari yang lalu (setelah mimpi buruk, mama saya masuk rumah sakit). Yang jelas di ulangtahun mama saya yang ke.. Ke berapa ya? Astaga, saya sendiri bahkan nggak tahu berapa umur mama saya!
Ya, intinya di ulangtahun mama saya di tahun 2014 ini sih saya nggak mau menaruh banyak ekspektasi dari mama. Yang saya inginkan adalah mama saya tetap jadi sosok ibu yang baik hati, pengertian, dikurangi galaknya (baik kepada anak maupun mahasiswa), lebih sabar menghadapi saya yang sering begadang dan pulang malam ini, lebih heboh saat menemukan produk sabun kecantikan yang bisa bikin kulit jadi cling seketika, dan.. Ya, pokoknya sih doa saya untuk mama saya adalah yang baik-baik dan yang terbaik. Lebih jarang lagi terserang penyakit karena kalau mama saya sudah sakit, saya biasanya susah tidur dan kadang-kadang nangis saat sebelum tidur. It's sad to see your mom being ill. Semoga di tahun 2014 ini mama saya tetap jadi mama gaul yang saat kirim pesan dengan anaknya, selalu up-to-date dengan bahasa-bahasa terkini termasuk singkatan-singkatannya. Semoga mama saya tidak buat akun Twitter di tahun 2014 ini. Semoga mama saya akhirnya luluh untuk mendaftarkan saya di kursus bahasa Mandarin. Saya dapat darah Tionghoa dari mama saya tapi saya nggak bisa bahasa Mandarin (kasusnya sama seperti si Tanu dan koh Acong). Kami jadi seperti panda; tinggal di Cina tapi nggak bisa bahasa Cina.
Foto saya waktu masih bayi, entah berapa bulan umurnya |
Zhu ni shengri kuai le, wo mama ^^ wo ai ni!
0 comments:
Post a Comment