Sekitar jam setengah empat sore tadi ada blackout di kompleks perumahan saya. Kebetulan hari ini sedang ada family gathering dari keluarga wo mama dan blackout terjadi waktu seluruh keluarga sedang ngobrol. Saya sendiri sedang mandi dan menyebalkan sekali karena listrik padam saat saya belum selesai cuci muka. Listrik mati, berarti pemanas air mati dan pompa kecil mati. Walhasil, semburan air yang keluar dari kepala shower cuman secuil dan nggak ada air panas (sebetulnya ada sih, tapi itu hanya sejumlah volum air yang tersisa di tanki pemanas air).
Setelah bersusah payah memanfaatkan keluaran air yang seadanya (dan juga kedinginan karena sore itu hujan), saya keluar kamar mandi dan ternyata seluruh keluarga kumpul di ruang keluarga. Sebelum listrik padam, beberapa anggota keluarga menclak menclok di berbagai ruangan. Ada yang ngobrol di parlor, ada yang ngobrol di ruang keluarga, dan ada yang sedang makan di ruang makan. Ah, ada juga yang di kamar sedang tidur dan lebih baik tidak usah diganggu. Waktu listrik padam, semuanya kumpul di ruang keluarga dan ngobrol rame sekali. Ruang keluarga yang tadinya nggak berisik sekarang jadi berisik. Dan, oh ya, cemilan-cemilan pun dipindahkan ke ruang keluarga. Walhasil disana sini banyak makanan, termasuk potato chips milik pribadi yang kalengnya stand out di antara kue-kue kecil (don't you ever touch my potato chips!!)
Beberapa anggota keluarga yang usianya masih remaja kelihatan sibuk dengan gadget masing-masing. Kebetulan saya lagi menjalankan program pengurangan penggunaan gadget untuk buka media sosial. Dengan kata lain, komputer dan iPad kemungkinan besar hanya dipakai untuk cek surel, blog, dan akun Instagram (kalau Instagram sengaja nggak akan mengalami pengurangan penggunaan karena buat saya, posting foto bisa jadi cara untuk berkomunikasi.. secara visual tentunya). Jadi disaat yang lain sibuk buka Facebook atau Twitter, saya cuman duduk di sofa, dengar obrolan-obrolan yang ada dan ikut ketawa seadanya (karena kadang saya nggak ngerti itu obrolan tentang apa sebetulnya).
Oya, apa lebih tepatnya istilah blackout dalam konteks ini diganti dengan power outage ya? Kan kejadiannya sore hari dan hari belum gelap.
Ah, whatever!
Ada hal menyenangkan yang saya sadari waktu listrik padam sore tadi. Saat listrik padam, benda-benda elektronik seperti TV, komputer, modem, mesin faks, bahkan pemanas air jadi nggak berfungsi. Orang-orang yang kebetulan pada saat itu sedang pakai barang-barang tersebut jadi terhenti aktivitasnya. Tetap aja sih ada yang bisa terhubung dengan internet melalui portable device dan ponselnya. Tapi yang saya perhatikan adalah, betapa blackout membuat anggota keluarga yang tadinya mencar-mencar dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing jadi berkumpul di satu tempat, ngobrol dengan anggota-anggota keluarga yang lain, ketawa bersama-sama sambil menikmati momen blackout sore hari.
Nggak asyik ya kedengarannya?
Mungkin nggak asyik, tapi setidaknya kalau di The Sims 3, social gauge yang ada di needs level karakter yang kita punya meningkat. Komunikasi interpersonal yang terjadi dilakukan secara langsung, bukan melalui perantara media. Kita dengar ketawa orang-orang secara langsung, bukan lewat speaker atau headphone. Kita tatap muka juga secara langsung, nggak harus pasang dulu webcam atau nyengir di depan front cam. Selama ini saya rasa sudah terlalu banyak saya berkomunikasi dengan orang lain lewat layar sentuh. Memang sih keuntungannya adalah saya bisa berkomunikasi lebih mudah dan cepat dengan teman-teman yang tinggalnya jauh, semisal Teresa di Tangerang, atau Ho-Yoon-hyung di Seoul. Tapi untuk komunikasi dengan orang-orang yang tinggalnya nggak jauh, kadang-kadang konyol ya kalau harus ngobrol aja sampai pakai device. Sebetulnya tinggal main ke rumahnya, atau mungkin lewat telpon rumah aja dihubunginya, kan bisa. Media sosial membuat orang-orang banyak ketawa sama ponslenya daripada ketawa bareng-bareng orang lain. Ketawanya pun dalam bentuk tulisan, bukan lisan, karena ketawa ngakak itu adalah "wkwkwkwk" bukan suara wakakakak.
Sebelumnya, kalau pulang naik kendaraan umum saya sering ngobrol dengan teman-teman dekat saya sambil ketawa-ketawa kecil. Setelah muncul teknologi semacam smartphone dan sebagainya, kita masih tetap ketawa-ketawa, tapi sama ponsel masing-masing. Saya masih inget waktu itu salah satu teman saya pulang bareng sama saya, dan berhubung dia sudah ganti ponsel jadi smartphone yang messenger-nya pakai sistem pin, saya ngerasa gendok di kendaraan umum nggak banyak ngobrol dan cuman ngeliatin pemandangan kota yang semakin sumpek. Ya. Teman saya lagi asyik ngobrol sama teman-temannya lewat messenger itu, yang padahal, kan bisa tuh ngobrol langsung sama orangnya. Sebetulnya nggak salah sih untuk ngobrol lewat perangkat yang kita punya, hanya saja kadang itu bikin ketagihan dan kalau udah sampai ketagihan..
Jadinya bikin orang lain gendok!
Momen listrik padam mengumpulkan anggota-anggota keluarga yang sibuk masing-masing ke dalam satu ruangan buat ngobrol bersama sambil menikmati cemilan-cemilan dan teh. Momen-momen yang kayaknya cuman setahun sekali pas lebaran atau imlek aja adanya. Ah, belum lagi meskipun lagi lebaran atau imlek, tetap aja orang masih bisa sibuk sendiri dengan gadget yang mereka punya. Kalau kayak gitu, angbao-nya pun harusnya virtual dong. Kan imlekannya via Twitter (am I making sense?). Dan dulu, jaman-jamannya saya dan temen-temen belum tahu smartphone dan teknologi secanggih sekarang ini, bergaul itu adalah nyamper ke rumah satu temen terus ajakin main dan kita main di pekarangan rumah, atau pergi ke lapangan main kasti atau main sepak bola, atau pergi berenang bareng-bareng. Kalau sekarang main bareng bisa sih, main game online bareng-bareng. Tiba-tiba kita terkejut karena temen kita berubah jadi chara super keren dengan muka super kece, kostum edun, dan punya sayap, ala outfit terkece Audition Online, atau temen kita tiba-tiba berubah jadi kaleng, ala Accretia di RF-Online.
Simpelnya sih begini. Saya merasa bersyukur sempet terjadi padam listrik di kompleks perumahaan saya karena dengan itu, keluarga bisa kumpul bareng-bareng dan punya quality time yang bener-bener quality time, dimana orang-orang nggak asyik sendiri dengan gadget-nya. Saat mau ngobrol, ngobrol langsung dengan orang, bukan dengan ponsel. Ketawa bareng-bareng sama manusia, bukan ketawa sama ponsel.
Thanks, Blackout.
0 comments:
Post a Comment