Sekarang-sekarang ini sedang ramai orang bicara tentang Ice Bucket Challenge. Nah, tantangan yang satu ini mengharuskan si penantang untuk disiram di kepala pakai seember air es. Kebayang 'kan seperti apa rasanya? Yang jelas sih pasti dingin. Tantangan ini bukan sekedar hiburan semata. Tantangan yang juga dikenal sebagai ALS Ice Bucket Challenge ini merupakan semacam kegiatan peningkatan kesadaran publik terhadap penyakit sklerosis lateral amiotrofik (ALS). Penyakit saraf ini menyerang neuron yang kerjanya untuk menggerakan otot lurik, dan untuk informasi detil penyakitnya seperti apa, silahkan googling sendiri aja ya he he
*sedang malas ngetik banyak*
Ada banyak video yang beredar di media sosial yang meliput beberapa artis atau public figure ternama yang melakukan tantangan dingin-dinginan ini. Dari mulai John Mayer sampai Bill Gates pun ternyata ikutan tantangan ini. Untuk seleb Indonesia sendiri, setahu saya Vidi Aldiano sudah melakukan tantangan ini (atau coba cek Instagram atau media sosialnya deh buat cross-check takutnya saya salah info).
Tantangan ini booming sekarang-sekarang ini dan orang-orang pun akhirnya mulai tahu apa sih ALS itu. Oh ya, peraturan dari tantangan ini adalah orang yang ditantang (semisal saya disiram es, terus saya nantang beberapa orang) harus melakukan ice bucket challenge itu dalam tempo 1x24 jam (mirip sama plang yang ditempel di depan rumah pak RT "Lapor 1x24 Jam"). Kalau yang ditantang nggak bisa melakukan tantangan itu, dia harus donasi buat penelitian ALS itu.
Untuk saya sendiri, saya hanya bisa nonton orang ikut tantangan tersebut dengan beberapa alasan. Pertama, mungkin nggak ada yang nantang. Kedua, saya secara pribadi belum merasa ingin mengikuti tantangan ini. Ketiga, saya alergi dingin. Dan khusus untuk post ini, saya akan fokus untuk membahas di alasan kedua dan ketiga.
Take the Challenge, donate, or do both?
Secara pribadi (berarti ini opini pribadi saya ya..) saya melihat ice bucket challenge ini sebagai tantangan yang unik, tapi saat saya baca aturan mainnya, saya jadi bingung sendiri. Tantangan ini 'kan dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai ALS, dan ada penelitian mengenai penyakit ALS itu yang memang butuh dana untuk development dari penelitiannya. Nah, untuk saya secara pribadi sih sebetulnya meningkatkan kesadaran dengan kasih tantangan nyiram air es ke kepala itu memang unik (dan juga bikin menggigil), tapi untuk donasinya..
Semisal orang yang habis melakukan tantangan ice bucket itu menantang orang lain, lalu dia merasa bahwa "Oke, aku udah beres nih tantangannya jadi nggak perlu donasi". Then.. how do we participate in donating the research? Memang sih nggak semuanya begitu, in other words, pasti ada orang yang sudah melakukan tantangan emnber es lalu ikut juga menyumbang buat penelitian ALS. Orang-orang yang seperti itu berarti bisa saya katakan menyerukan informasi kepada publik tentang penyakit ALS dengan cara yang unik dan juga ikut menyumbang untuk kepentingan penelitian terhadap penyakit itu. Tapi ingat nggak bisa kita pungkiri bahwa ada yang ditantang lalu merasa bahwa "Oke gue lebih baik ikutan challenge deh daripada harus nyumbang. Basah sama dingin dikit gapapa yang penting ga harus keluar duit banyak"
That's something we can deny. There are always people with such thought.
Saya sendiri nggak mau munafik dengan penjelasan saya di atas mengenai donasi. Saya akui bahwa saat ini saya belum bisa kasih donasi untuk penelitian penyakit ALS, dan saya nggak punya banyak informasi mengenai penderita ALS di Indonesia ataupun lembaga yang fokus pada penelitian untuk penyakit ALS di Indonesia. Dan yang saya lihat di berbagai media, kok kesininya banyak orang-orang yang melakukan tantangan ice bucket tapi jatohnya keluar dari purpose utamanya untuk meningkatkan kesadaran orang-orang terhadap penyakit ALS. Ada beberapa yang ikut tantangan ini untuk having fun semata, atau kalaupun bilang bahwa tantangan yang diikuti merupakan campaign untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap penyakit ALS, nggak ada penjelasan yang cukup jelas tentang apa itu ALS, seperti apa penderitanya, dan sebagainya. Dengan kata lain, orang hanya bakal tahu bahwa ALS itu nama satu penyakit, entah seperti apa tapi kedengarannya serius, dan.. ya sudah. Padahal ada bagusnya dijelaskan juga ALS itu seperti apa, penderitanya merasakan apa saja, sejauh ini apakah di Indonesia (terutama) berapa banyak penderitanya dan apakah ada lembaga yang secara khusus menanganinya, dan juga informasi untuk publik yang mau menyumbang untuk penelitian dan (khususnya) penderita ALS.
Intinya sih, sebelum melakukan ice bucket bagusnya ada penjelasan detil mengenai ALS itu sendiri supaya penonton dan yang ditantang lebih paham tentang inti dari campaign yang dilakukan. Saya selalu percaya hal ini: better explanation, better understanding. Sama halnya seperti mendengarkan dengan baik, untuk dapat memahami dengan baik. Saat seseorang melakukan tantangan ice bucket, dia nggak hanya melakukan itu buat rame-ramean aja; dia tahu bahwa dia sedang menyebarkan informasi tentang ALS ke orang-orang dan bersama-sama mengajak orang-orang untuk mendukung penelitian tentang penyakit ALS dan membantu penderitanya (dengan memberikan donasi, of course).
Tapi saya percaya bahwa terciptanya ide Ice Bucket Challenge ini pasti punya sisi positif. Penyakit ALS adalah penyakit saraf yang menyerang neuron penderitanya sehingga penderitanya jadi otot luriknya nggak bisa bekerja. Dari apa yang saya baca di berbagai sumber di internet, ALS ini melumpuhkan penderitanya perlahan tapi pasti. Dan adanya tantangan ember es ini seperti mencoba membuat kita merasakan bagaimana sih rasanya terlumpuhkan oleh rasa dingin, meskipun dalam waktu yang sebentar. Yeah, at least you know how it feels to be paralyzed.
Am I making sense?
Ice Bucket Challenge vs. Kekurangan Air = Ironi
Saya pernah lihat satu post yang ada di Facebook yang mengatakan bahwa di saat orang-orang sedang ramai melakukan tantangan ember es, ada saudara-saudara kita disana yang mengalami kekurangan air. Dengan kata lain, di saat ada orang-orang yang buang-buang air, ada mereka yang justru menampung air untuk hidup.
Mungkin bagi kita yang biasa di rumahnya atau di lingkungan tempat tinggalnya tersedia air yang melimpah, 'membuang' air (plus es) satu ember bukan masalah, terutama kalau niatnya untuk beramal dan campaign peningkatan kesadaran untuk penyakit serius seperti ALS. Tapi untuk sebagian orang, air satu ember itu berarti kehidupan. Tidak dapat dipungkiri, ada orang-orang di belahan dunia tertentu yang untuk dapat air satu ember pun susah. Mungkin karena iklim dan kondisi geografisnya yang tidak memungkinkan untuk adanya mata air, atau memang sulitnya stok air bersih dari pemerintah. Sekarang jangan dulu berfikir jauh-jauh ke negara-negara miskin di Afrika, coba kita ingat di kota Bandung pun ada beberapa daerah yang masyarakatnya kesulitan untuk dapat air bersih. Mereka harus nunggu cukup lama sampai truk tanki yang membawa stok air bersih datang. Mereka harus antri untuk bisa dapat air bersih untuk dipakai minum, memasak, dan mencuci. Dan dulu waktu saya tinggal di Kuningan, saya bahkan lihat mamanya teman saya sampai naruh beberapa ember di depan rumah mereka saat hujan untuk menampung air hujan yang nantinya dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Beruntunglah di Indonesia hujan itu masih bisa turun. Bagaimana di belahan dunia yang turun hujan itu sangat jarang?
Saya rasa ironi yang muncul dari merebaknya ice bucket challenge dan berita kekeringan dan kekurangan air yang melanda beberapa negara di dunia menjadi hal yang patut dikonsiderasi sebelum kita melakukan ice bucket challenge.
I'm not saying that the challenge is stupid but if you can do something else while saving clean water, then why not?
Saya harap dua iklan campaign dari Molto dibawah tentang penghematan air ini akan lebih membantu dalam memahami secara fundamental baik buruknya tantangan ember es ALS.
Alergi dingin
Nah, kalau sudah bicara tentang alergi saya nggak bisa menyangkal bahwa sebetulnya saya alergi dingin. Kontak dengan udara dingin dalam jangka waktu yang lama bakalan bikin hidung saya langsung tersumbat, bahkan kasus yang paling parah, asthma saya bisa kumat.
Sejak saya TK, saya ikut enam bulan proses pengobatan karena penyakit bronkhitis yang saya derita. Dan saat divonis sembuh, dokter bilang bahwa mungkin ke depannya masih ada sisa-sisa dari 'peperangan' yang pernah saya alami. Dan ternyata.. Ya, kadang saya suka bengek (apalagi jaman dulu). Asthma kumat ini ya salah satunya karena udara dingin, dan memang sudah terbukti oleh kata-kata dokter bahwa saya memang alergi dengan udara dingin. Semenjak SMP, saya selalu berangkat ke sekolah pakai jaket. Apakah itu cuaca sedang panas atau mendung, saya selalu bahwa jaket untuk antisipasi udara dingin. Saya bahkan dari jaman SMP sering pinjam jaket ke sahabat saya untuk dipakai dobel dengan jaket saya, karena harus punya perlindungan terhadap udara dingin.
Jadi kalau ditanya tentang tantangan ini, saya mungkin mikir-mikir lagi. Kalau tantangannya chocolate milk bucket challenge, saya sih sudah pasti ikutan dan tentunya bukan untuk disiramkan ke kepala, tapi untuk diminum satu ember.
Kalau ditantang?
Semisal ada yang nantang saya untuk ikutan ice bucket challenge.. Kira-kira respon saya seperti apa ya?
Stance saya untuk tantangan ember es netral. Saya nggak pro, tapi saya nggak juga kontra karena saya sudah melihat tantangan itu dari kedua sisi, positif dan negatifnya. Mungkin kalau ditanya tentang ikutan tantangan, respon saya akan sangat situasional. Kalau situasinya memungkinkan (dan kondisi tubuh sedang fit) saya bisa aja ikutan dan tentunya, di awal video (karena tantangan ini mengharuskan penantangnya untuk direkam selama tantangan berlangsung) saya akan memberi penjelasan yang singkat, jelas, dan padat tentang ALS, statusnya, dan penderitanya. Setelah itu barulah prosesi siraman berlangsung..
Dan kalau kondisi tubuh saya sedang nggak fit, atau saya sedang in the mood of nyuci pakaian, mungkin air untuk tantangannya akan saya pakai buat cuci baju saja. Air satu ember itu kalau buat saya sih cukup untuk bilas satu kali cucian kaus. Lumayan toh, daripada dipakai untuk dingin-dinginan.
Overall, apa yang saya tulis diatas adalah opini saya secara pribadi. Orang bisa punya pendapat yang lain tentang tantangan ember es ini, tapi ada baiknya kita melihatnya dari berbagai sisi supaya kita bisa punya pemahaman yang jelas tentang apa sih inti dari tantangan ini dan konsekuensinya apa saja. Yang jelas sih, bagusnya kita lebih fokus ke menyumbangnya daripada ikut tantangannya, meskipun sah-sah saja untuk ikut tantangannya, terutama saat kita sudah gerah dan kepanasan, serta butuh kesegaran :)
0 comments:
Post a Comment