Akhir-akhir ini saya jadi sering mengalami mimpi yang aneh. Ya, aneh. Plot ceritanya kacau, meskipun ada beberapa scene yang masih masuk akal. Tapi secara umum kalau keseluruhan scene diurutkan secara kronologis tetap saja si mimpinya masih weird. Mimpi weird semacam ini saya alami kalau saya tidur setelah sahur, atau waktu lagi tidur siang menunggu jam buka puasa. Mungkin mimpi semacam itu semacam pertanda atau peringatan dari Tuhan supaya saya nggak kebanyakan tidur dan lebih banyak melakukan hal-hal semacam ibadah.
Tapi mimpi yang paling aneh dan seram baru saya alami tadi malam (subuh tadi sih sebetulnya).
Sudah sekitar satu bulan ini saya ikut program KKN dengan teman-teman dari kampus saya--berbagai jurusan. Nah, semacam punya keluarga baru saya jadi akrab dengan mereka. Pokoknya sudah banyak yang dianggap sebagai kakak dan sahabat di kelompok itu. Berbagai momen senang sampai mengesalkan juga udah saya alami bareng-bareng mereka. Intinya sih, di KKN ini saya jadi banyak belajar dan banyak berbagi dengan keluarga baru saya. Seneng rasanya bisa dekat dengan mereka, dari yang awalnya total stranger jadi family.
Salah satu sahabat laki-laki yang paling dekat sama saya namanya Adi. Kebetulan rumah Adi dan saya lokasinya bisa dibilang nggak begitu jauh (meskipun kalo Adi berkunjung, dia harus makan waktu lumayan lama sih karena daerah macetnya itu). Saya sering berangkat dan pulang bareng Adi, dan kita banyak menghabiskan waktu bareng-bareng, terutama kalo udah urusan ngemil, makan, dan main (plus Maomi sih sebetulnya, karena pencetus jalan-jalan pertama itu kita bertiga). Nah, tadi subuh ini saya mimpi tentang Adi. Bukan, bukan mimpi jorok, apalagi mimpi basah karena saya nggak ngompol. Mimpi saya itu aneh, sekaligus mengerikan, and I feel bad for that.
Di mimpi saya itu diceritakan saya dan teman-teman KKN lagi ada di posko, tapi poskonya bukan bangunan posko yang biasa kami tempati sehari-hari. Poskonya semacam rumah yang, entahlah, setiap ruangan itu warna cat temboknya beda-beda. Di posko kondisinya ramai banget, ada banyak orang dan nggak cuman teman-teman KKN saya aja. Nah, saya ada di satu ruangan dan saya lihat Adi lagi duduk di sofa. Entah gimana ceritanya yang jelas di mimpi itu saya dan semua orang tahu kalau Adi lagi sakit serius dan udah bolak-balik ke rumah sakit (kalau nggak salah bahkan di ruangan itu ada ranjang dorong rumah sakit). Meskipun sakit serius, tapi Adi nggak keliatan kayak orang sakit kayak biasanya yang tidur atau lemah di atas ranjang. Adi masih bisa jalan kesana kesini dan ngobrol seperti orang biasanya. Dan hal mengerikannya pun dimulai..
Bebasnya Adi jalan kesana kesini dan bisa ngomong dengan leluasa ternyata bukan buat ngobrol rame-rame kayak biasanya. Di posko anak-anak sibuk, diminta tolong sama Adi buat ngurusin kematiannya. Seolah-olah Adi udah tahu kapan dia bakalan meninggal, dia minta tolong sama anak-anak posko buat bantu urusin misa kematiannya. Teman saya Mei bahkan sudah nulis semacam rundown untuk misa kematiannya Adi. Ada juga beberapa salib, ukuran besar dan kecil, sampai bunga-bunga.
Saya ngapain di mimpi itu?
I couldn't help but crying.
Saya nangis dan minta Adi supaya nggak meninggal, sementara itu Adi dengan santainya bilang bahwa semuanya bakalan baik-baik saja dan ikut bantu teman-teman yang lain urus kematiannya. Isn't it scary to know that somebody's going to die, and he himself helps people arranging his funeral? Saking mengerikan dan aneh, dan sekaligus takutnya, bangun tidur saya langsung sesak. The tears felt so real in the dream--just like I was really crying, though I wasn't. Satu hal yang pasti: saya nggak mau hal itu benar-benar terjadi.
Setelah mengalami mimpi itu saya cerita sama rekan KKN saya, teh Nuy, dan dia bilang mungkin mimpi seperti itu ada kaitannya dengan akrabnya saya dan Adi selama ini. Ditambah lagi kemarin malam memang ada momen mengharukan di posko yang bikin semua orang tersentuh, dan bahkan Adi sampai peluk saya karena saya waktu kemarin malam nangis terharu di posko. Tapi kenapa harus mimpi si Adi meninggal--sesuatu yang jelas-jelas nggak saya harapkan? Ditambah lagi kenapa di mimpi itu Adi, yang jelas-jelas lagi sakit serius, justru nggak keliatan kayak orang sakit dan malah bantu-bantu urusin funeralnya sendiri?
Saya tiba-tiba teringat cerita mama saya tentang opa. Opa (dari garis mama) meninggal sebelum saya lahir, jadi saya bisa dibilang nggak hoki karena nggak sempat interaksi langsung sama opa. Kata mama, opa memang sosok yang tegas dan nggak mau banyak merepotkan orang lain. Saking nggak mau merepotkan orang lain, opa di hari tuanya sempat merapikan dan mengurus berbagai surat-surat dan berkas-berkas, dan beli papan-papan kayu untuk makamnya sendiri. Katanya, supaya nanti kalau ada apa-apa, oma nggak perlu repot cari-cari surat-surat atau berkas-berkas yang diperlukan setelah opa meninggal--tinggal ambil dan kasih aja satu bundel. Dan juga, oma dan keluarga nggak perlu repot cari atau beli papan-papan kayu buat makam opa karena papan-papannya sudah siap.
Di satu sisi saya terharu, dan di sisi lain saya merasa takut.
My grandpa might have predicted his own death.
Ada kemungkinan begitu, 'kan?
Berkaitan dengan mimpi saya, mungkin saya mengalami fenomena yang dibahas di kajian psikoanalisis. Yang saya tangkap dari satu sesi kelas psikoanalisis adalah, katanya keinginan atau beberapa hal yang terpendam dalam benak itu biasanya muncul di mimpi. Dengan kata lain, keinginan terdalam kita (misalnya pengen cium Miyabi, tapi nggak kesampaian) bisa muncul dalam mimpi. Nah, yang bikin saya bingung adalah hal-hal tentang opa saya itu bukanlah sebuah keinginan, tapi semacam informasi yang buat saya bisa dikatakan mengharukan dan menyeramkan, yang memang sengaja saya simpan dalam-dalam karena kalau saya ingat, saya bakalan ketakutan. Yang saya pelajari juga dari salah satu sesi kelas psikonanalisis adalah saat kita mempunyai ketakutan, kita bisa mengubur ingatan tentang ketakutan itu sehingga kadang kita lupa terhadap satu hal yang sebetulnya mengingatkan tentang hal itu. Contohnya, misalnya ada satu kejadian di masa kecil dimana kita bertemu dengan satu orang tukang ojek yang jahat. Karena takut kita nggak mau mengingat kejadian itu, mencoba menghindar dari ingatan itu, dan pada akhirnya lupa. Tapi pada satu masa di hidup kita, saat kita sudah bisa melawan ketakutan itu, kita bakalan kembali teringat momen kita dijahati oleh tukang ojek itu dan menganggap itu sebagai kejadian buruk di masa kecil.
So, what does the dream mean? Why did it have to be Adi, my best friend, who was about to die? Why did Adi act like my grandfather?
Saya nggak mau membuat pernyataan bahwa Adi adalah reinkarnasi dari opa saya. He's a distinct person--Adi is Adi, and my grandpa is my grandpa. Tapi mungkin yang saya sadari adalah bahwa kedua orang itu merupakan orang yang berarti buat saya, meskipun saya nggak pernah komunikasi secara langsung dengan opa. Opa, kakek saya, dan Adi, sahabat saya--keduanya adalah orang yang baik. Mungkin Tuhan mengingatkan saya untuk mengenang kembali opa, dan lebih menghargai dan peduli pada sahabat saya.
At last, semoga Tuhan selalu memberkati kalian berdua, opa dan Adi.
0 comments:
Post a Comment