Thursday, June 26, 2014

Ngomong Yang Bener!

Tiga post dalam satu hari. I don't care. Blog ini memang saya tujukan sebagai media untuk saya mengekpresikan ide atau perasaan saya. Sebelumnya saya nggak punya ide untuk buat post, tapi banget baru tadi saya nemu materi untuk saya share dan ini sangat penting. Kenapa penting? Menurut saya sih penting karena saya adalah pengguna bahasa yang menggunakan bahasa setiap hari dalam berkomunikasi. Ditambah lagi status saya sebagai mahasiswa jurusan kebahasaan, saya rasa penting bagi penutur bahasa untuk bisa memilah-milih kosakata dan menyusun kata supaya bisa menghasilkan ucapan yang baik. Unless you're an impudent person and you're proud of that, you can close the tab and forget what you've just seen. 

Seorang teman saya (masih syukur saya anggap teman sebetulnya) sempat menanyakan sesuatu--keberadaan sebuah data yang sayangnya hilang dari storage saya (pasti ikut TER-buang saat memory card saya di-format). Saya bilang bahwa data-datanya hilang karena kemungkinan besar ikut TER-buang. 

Rupanya si teman saya itu menanyakan ke saya karena diminta tolong oleh orang lain. Dan pada saat saya cek di grup, si teman saya itu malah bilang bahwa data yang dibutuhkan sudah nggak ada karena DI-buang. Kontan saya protes dan langsung ralat ucapan si teman saya itu karena saya memang nggak sengaja buat data-data itu terhapus. Muncul satu (mungkin ada lagi) komentar terhadap kejadian 'saya remove data' dari orang-orang yang nampaknya mulai sinis sama saya. Dari situ saya sudah nggak peduli lagi respon orang-orang karena yang penting adalah saya sudah klarifikasi kejadian sebetulnya. 

Tapi masalah nggak saya tutup begitu aja. Saya langsung hubungi teman saya dan minta dia jelaskan ucapan dia. Saya sampai tegaskan bahwa dia harusnya bisa bedakan penggunaan imbuhan di- dan ter- dan maknanya. Karena ucapan yang dia buat, sekarang orang-orang satu grup ngira bahwa saya memang sengaja buang data-data yang mereka butuhkan. Yang buat kesal adalah si teman saya ini nampaknya nggak merasa bersalah atas ucapannya, dan malah nyuruh saya aja yang klarifikasi masalah. 

Untuk yang mungkin bingung kenapa saya sampai seserius ini dalam menghadapi masalah kesalahan teman saya dalam membuat kalimat, saya harus jelaskan dulu bahwa penggunaan imbuhan dalam bahasa Indonesia itu penting. Imbuhan di- dan ter- dalam bahasa Indonesia sama-sama menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat pasif dimana si objek menempati posisi di muka kalimat. Contohnya:
  •  Adi dipukul oleh Zaky
  • Winda dihubungi oleh dosennya
  • Tanpa diketahui, keju yang ada di dalam roti itu ikut termakan oleh Rachman
  • Ponsel Genia ikut terlempar saat kejadian tersebut
Dua kalimat pertama memiliki verba dengan imbuhan di- di awalnya, menandakan bahwa aksi yang dilakukan kepada objek memang sengaja (deliberately performed). Zaky sengaja memukul Adi, dan seorang dosen sengaja menghubungi Winda. Sementara untuk dua kalimat berikutnya, verba-verba yang ada diberi imbuhan ter- di awalnya, menandakan bahwa aksi yang dilakukan kepada objek tidak sengaja dilakukan (atau objek terpaksa terkena aksi). Keju itu tidak sengaja ikut termakan oleh Rachman karena Rachman (misalnya) tidak tahu bahwa di dalam roti itu ada kejunya. Genia sudah tentu tidak akan melempar ponselnya tapi karena satu kejadian, ponsel Genia ikut terlempar dan Genia tidak dengan sengaja melempar ponselnya. Dalam bahasa tidak baku, imbuhan ter- seringkali digantikan oleh imbuhan ke- dengan makna yang sama, aksi yang dilakukan tanpa sengaja. Contoh: 
  • "Anjir, kejunya kemakan sama gue!"
  • "Eh, maaf jadi kepukul ya sama aku" 
  • "Wah, uangnya ikut kecuci!"
Tiga kalimat di atas menunjukkan bahwa jelas-jelas keju itu tidak sengaja termakan, si objek tidak sengaja terpukul oleh si 'aku', dan ada uang yang tidak sengaja ikut tercuci. 

Sekarang, kalau ada orang yang sudah jelas-jelas tahu bahwa saya tidak sengaja membuang data yang ada di memory card saya sehingga datanya hilang, seharusnya dia (kalau mau menceritakan lagi kepada orang lain) bilang bahwa "Datanya hilang karena terbuang" atau "Klaus nggak sengaja buang data di memory card-nya". Tapi, saat yang bersangkutan justru bilang "Datanya hilang karena sudah dibuang", jelas-jelas maknanya jadi beda. Pendengar akan mikir kalau saya memang sengaja buang data-datanya, padahal tidak. Si pendengar akan punya kesan yang beda pada saya, yang tentunya jauh lebih negatif karena saya dianggap nggak bertanggung jawab. Sementara itu, kenyataannya kan nggak seperti itu. 

Oh, betapa menyebalkannya orang dengan kemampuan berbahasa yang rendah.

Harus saya akui setelah sekitar tiga tahun terakhir ini kuliah di jurusan bahasa, saya jadi banyak tahu betapa bahasa bisa bikin kita menarik perhatian orang, buat orang simpati atau antipati, mendorong orang untuk melakukan ini itu, bahkan sampai mengubah pandangan orang. Karena efek dari bahasa itulah saya jadi sadar bahwa kita sebagai pengguna bahasa harus berhati-hati dalam berbahasa. Nggak sedikit kok kasus orang bisa sampai bunuh-bunuhan karena awalnya dari penggunaan bahasa yang nggak mengenakkan. Untung aja saya nggak sampai bunuh si teman saya itu, meskipun efeknya orang-orang di grup itu (bisa jadi) melihat saya secara negatif, bahwa saya sengaja buang data yang mereka butuhkan. Kesal? Sudah pasti. 

Rasanya mau saya ajari itu anak bahasa Indonesia yang baik dan benar, pakai cara militer. 

0 comments:

Post a Comment