Friday, May 16, 2014

"Sederhana saja. Itu saja kok.."

Sebelumnya, boleh klik dulu play untuk menemani baca :)



Beberapa hari yang lalu saya pergi makan siang dengan tiga orang teman saya ke sebuah pusat jajanan di dekat kampus. Sambil menunggu pesanan makanan datang, kami mengobrol tentang urusan cinta. Cukup lama ngobrol, salah satu teman saya bilang sesuatu (yang akhirnya saya setujui dan tambahkan) tentang menyukai seseorang. Kurang lebih seperti ini: 
Yang penting sebenernya aku udah jujur sama dia. Mengungkapkan perasaan apa salahnya toh? Namanya juga perasaan, nggak ada salahnya kalau diungkapkan jadi satu kejujuran, daripada dipendam terus malah bikin gamang sampai nggak bisa tidur. Aku sendiri nggak mau banyak berharap. Bisa jujur tentang perasaan aja udah bikin aku lega. Aku nggak akan maksa dia untuk suka balik, karena tujuan utamanya itu kejujuran perasaan. Dia biarin aku suka sama dia pun udah bikin aku lega. Itu artinya aku bisa suka sama dia tanpa dia harus merasa terganggu. Toh selama ini pun aku nggak pernah ancam dia atau bikin dia merasa terancam. Setelah aku jujur tentang perasaanku pun semuanya biasa-biasa aja. Kita nggak jadian, karena aku nggak nembak. Semuanya biasa-biasa aja. Aku suka sama dia; itu keputusan aku untuk suka sama dia. Walaupun orang bilang ini itu, tapi aku tetap dengan keputusan aku karena suka sama dia itu adalah keputusan yang aku bikin, bukan yang orang lain tentukan buat aku. 
Di saat yang sama, pada saat itu, saya jadi ingat satu episode anime yang pernah saya tonton. Judul animenya Hataraku Maou-sama! (The Devil is a Part-Timer!). Di episode ke-delapan yang saya tonton, karakter Chiho-chan (yang nggemesinnya minta ampun) jujur tentang perasaan sukanya kepada Maou, yang di dunia nyata bekerja sebagai pekerja paruh waktu di MgRonald's (fastfood fiksional terinspirasi dari McDonald's). Sebenarnya, si Maou itu adalah raja iblis, yang pas masuk dunia nyata berubah jadi manusia biasa (sebetulnya dia punya kekuatan super juga) yang masih keukeuh ingin menguasai dunia, tapi lewat MgRonald's. In a simple way: Jadi mega-boss dari MgRonald's. Si tokoh Chiho ini jujur begitu aja tentang perasaannya meskipun dia tahu Emilia Justina (musuh Maou yang di dunia nyata kerja jadi operator dan hidup dengan nama Yusa Emi) banyak kasih tahu Chiho tentang siapa Maou sebenarnya. Dan konyolnya lagi, si Maou ini nampak kikuk dan nggak sensitif terhadap perasaan suka Chiho yang seringkali ditunjukkan secara eksplisit (buat para cewe mungkin bagusnya hindari tipe cowo nggak sensitif seperti si Maou kalau nggak mau banyak marah-marah tiap hari karena kodenya nggak kebaca). 

Tapi Chiho nggak peduli dengan semua itu. 


Misi utama Chiho adalah kasih tahu Maou bahwa dia suka sama Maou. Dia nggak peduli orang lain bicara apa tentang Maou karena menurut Chiho, menyukai Maou adalah keputusannya sendiri. Dari sub yang saya dapat (credit to tuwitsub), kurang lebih begini ya yang Chiho bilang ke Maou: 
Yah, bohong kalau mengatakan aku tidak kepikiran sama sekali (setelah Maou tanya apa Chiho selama ini nggak kepikiran tentang identitas Maou yang sebenernya sebagai raja iblis). Aku sering bertukar pesan singkat dengan Yusa, jadi aku sedikit tahu apa yang Maou lakukan disana (di Ente Island). Tapi saat aku mengetahuinya, aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan Maou. Jangan membuat ekspresi seperti itu (balasan ke  Maou yang kaget setelah Chiho bilang seperti itu). Bagaimana bisa kamu menguasai dunia dengan muka seperti itu? Yusa berusaha untuk menghentikanku, tentu saja. Dia bilang aku akan menyesal kalau menyukai Maou. Tapi aku menyukai Maou atas kemauanku sendiri. Karena itu aku sendirilah yang memutuskan apakah aku menyukai Maou atau tidak. Tidak masalah bagiku apabila Maou hanya menganggapku seorang rekan kerja. Aku akan tetap mencintai Maou, apapun yang terjadi.
Pernah nggak kita suka atau sayang sama seseorang dengan cara seperti itu? Maksud saya, kita nggak peduli apakah yang disukai akan suka balik atau nggak, yang penting kita sayang. Orang yang kita sayang membiarkan kita sayang sama dia pun sudah cukup. Entahlah. Saya memang dalam prakteknya bukan orang yang romantis. Mungkin romantis, tapi secara verbal dan lebih dalam bentuk tulisan, bukan lisan. Hadapkan saya pada situasi romansa one-on-one, dan saya pasti pusing harus bilang apa untuk menunjukkan rasa sayang. Saya pernah suka sama seseorang dan saya nggak tahu alasannya kenapa. Saya tahu orang itu (kebetulan dia bisa dibilang ratunya sekolah) akan susah buat saya dapatkan, tapi pada saat saya jujur tentang perasaan dan dia bilang dia nggak keberatan kalau saya suka sama dia, semua beban saya hilang. Saya suka sama dia, tapi dia biasa aja sama saya. It's fine. Pacaran bukan tujuan utama saya. Diizinkan dan punya kesempatan untuk bisa menyukai dan menyayangi orang yang kita sayangi, saya rasa itulah tujuan utamanya. 

Terkadang mencintai seseorang itu sederhana. Nggak perlu repot. Hubungan dua tahun antara saya dan ex saya dijalani apa adanya. Nggak neko-neko. Kami jarang keluar bareng untuk makan siang bareng, apalagi sampai adakan candlelight dinner. Kirim pesan singkat pun seperlunya. Benar-benar hubungan yang, untuk beberapa orang, nanggung dan aneh. Tapi kami, yang menjalaninya, merasa semuanya sangat normal. Sangat normal. Dalam pacaran, tujuan utama kami bukan seberapa sering kami jalan-jalan keluar bareng, atau seberapa banyak twit rasa sayang yang dikirim ke linimasa agar dunia bisa tahu, atau seberapa banyak foto-foto pasangan yang ditaruh di ponsel. Kami saling percaya satu sama lain. Kami saling menjaga diri dan menjaga hati. Dia nggak banyak naruh ekspektasi pada saya, dan begitupula saya. Tapi kami saling sayang. Dia mengizinkan saya untuk sayang sama dia, dan begitupula saya. Kami saling menyayangi dengan cara masing-masing, dengan cara yang mungkin orang anggap aneh (yang kemudian dianggap sebagai deviasi oleh orang yang selama ini berpacaran dalam lingkaran kencan, makan malam, dan sebagainya). Tujuan kami sudah tercapai. Kami bisa saling menyayangi satu sama lain, dengan cara kami sendiri. Beres. 


Bahkan sampai sekarang pun saya bisa bilang saya masih sayang sama dia, tentunya dengan cara saya sendiri, dalam konteks yang berbeda (persahabatan), dan dengan batasan-batasan yang ada (karena kami sudah nggak pacaran lagi). Saya sayang sama dia, dan saya nggak peduli apakah dia masih sayang sebanyak saya sayang sama dia atau nggak. Itu keputusan saya. 

"Tidak masalah bagiku apabila Maou hanya menganggapku seorang rekan kerja. Aku akan tetap mencintai Maou, apapun yang terjadi"
- Sasaki Chiho from The Devil is a Part-Timer!

0 comments:

Post a Comment